Dongeng Situ Bagendit



Dongeng Situ Bagendit

Pada zaman dahulu disebuah desa hiduplah seorang wanita paruh baya bernama Nyai Bagendit yang berstatus janda. Janda tersebut memiliki harta yang melimpah, peninggalan dari almarhum suaminya yang telah lebih dahulu meninggalkannya. Janda tersebut tidak memiliki anak sehingga ia hidup sendiri di rumahnya.
Kekayaan yang ia miliki sering kali menjadi kekhawatiran bahwa hartanya akan habis dan ia akan jatuh miskin. Oleh karena ketakutan tersebut, Nyi Endit menjadi wanita yang pelit padahal ia adalah orang yang paling kaya diantara warga desa lainnya. Selain pelit, Nyi Endit juga merupakan sosok yang tidak ramah kepada orang lain. Karena kepelitan dan ketamakannya, sebagian masyarakat menjuluki wanita tersebut sebagai Nyi Endit, dikarenakan ia sangat pelit (bS medit).
Nyi Endit akan membantu warga yang sedang kesulitan dalam hal ekonomi dengan cara meminjamkan uang, namun dengan ganti bunga yang sangat tinggi. Selain itu apabila warga yang telat membayar hutang kepadanya, akan mendapatkan perlakuan kasar dari orang suruhan Nyi Endit dan menyita rumah warga yang berhutang tersebut sebagai gantinya.
Para warga sebenarnya sangatlah kesal dan jengkel terhadap sikap Nyi Endit yang pelit tersebut. Bahkan Nyi Endit juga sering memamerkan harta kekayaannya kepada warga sekitar tanpa belas kasihan.
Suatu hari saat Nyi Endit sedang bersantai di halaman rumahnya sambil menghitung uang dan emas yang dimilikinya datanglah seorang kakek yang telah sangat tua berjalan ke arah rumah Nyi Endit sambil dipapah dengan menggunakan sebuah tongkat.
Sang kakek yang berpakaian compang-camping, lusuh dan terlihat kelemahan itu, memohon agar ia dikasihani oleh Nyi Endit karena selama ini belum mendapat makan. Namun Nyi Endit tidak memberikannya dan justru malah memarahi kakek tersebut dengan kasar. Nyi Endit juga mengusir kakek tersebut untuk pergi dari rumahnya.
Keesokan harinya, sang kakek itu datang kembali sambil mengingatkan Nyi endit agar ia mau menolong orang yang membutuhkan. tapi hati Nyi Endit begitu keras sekeras batu. Nasihat sang Kakek itupun tidak digubrisnya, malah ia kembali mengusir sang kakek kembali dengan kata-kata yang kasar, agar secepatnya si kakek itu meninggalkan pekarangan rumah Nyi Endit.
Ketiga kalinya sang kakek datang kembali ketempat Nyi Endit, dan setika Nyi Endit pun kembali langsung mengusirnya. Dengan rasa kecewa dan sedih kemudian sang kakek itupun pergi, naun sebelum kepergiannya sang kakek terlebih dahulu menancapkan tongkatnya di halaman rumah Nyi Endit sambil berkata bahwa Nyi Endit akan menerima pelajaran dari sikapnya yang pelit tersebut. Nyi Endit tidak memperdulikan dan hanya tertawa mendengar ucapan kakek tua tersebut.
Karena Nyi Endit tak terima halaman rumahnya dipasangi tongkat sang kakek. Ia pun mencabut tongkat itu dan melemparkannya. Namun ia begitu kaget, karena dari bekas tancapan tongkat tersebut munculah air yang begitu besar, yang makin lama air itu makin deras bagai air bah. sampai menggenangi rumah dan harta kekayaannya lalu berubah menjadi telaga, sehingga dinamakan Situ Bagendit yang diambil dari nama Nyi Endit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligoasthenoteratozoospermia (OAT) Berhasil Hamil Alami

SOAL UTS GANJIL BAHASA SUNDA KELAS 8 SMP

SOAL UTS BAHASA SUNDA SMP KELAS 7 SEMESTER GANJIL